tag:blogger.com,1999:blog-9558578275879096032024-03-12T17:04:39.396-07:00info PANGALENGANKliping Internet (0241)Shafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.comBlogger17125tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-43479411131935190812010-07-20T18:18:00.000-07:002013-05-19T22:31:24.091-07:00Ada Emas di Lembah Cibaliung - Pangalengan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiruaUQ_uwhwasjJxGp6umgm89Fwmnlf9hS5oopDnDo_SUjXqvEZNzjVzeQZQTMZV3iqdpUwb-eIK6G2XhZJxcuFk-jpypUsF7CEWa3H6Qdtzb9Wvzfh_3E9qnxvYBBJV-w-zUiyoqIaCWL/s1600/pa-003.jpeg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5496163818045518546" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiruaUQ_uwhwasjJxGp6umgm89Fwmnlf9hS5oopDnDo_SUjXqvEZNzjVzeQZQTMZV3iqdpUwb-eIK6G2XhZJxcuFk-jpypUsF7CEWa3H6Qdtzb9Wvzfh_3E9qnxvYBBJV-w-zUiyoqIaCWL/s320/pa-003.jpeg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 187px; margin: 0 10px 10px 0; width: 274px;" /></a><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPYyaii4OFKpUD_R3DpYQCRN8RnmUrIixs8mbYRMNCIC-ua4s8GHG9nHZe1jBBF1gPSn5iPxJ-oGrdOATjNzoRRi-598cNy2ny7i2NJmdol5pH_kf5WQbnnIKAyVMKvb1_0tUWjD21K-U4/s1600/pa-002.jpeg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5496163808175473922" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPYyaii4OFKpUD_R3DpYQCRN8RnmUrIixs8mbYRMNCIC-ua4s8GHG9nHZe1jBBF1gPSn5iPxJ-oGrdOATjNzoRRi-598cNy2ny7i2NJmdol5pH_kf5WQbnnIKAyVMKvb1_0tUWjD21K-U4/s320/pa-002.jpeg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 170px; margin: 0 10px 10px 0; width: 274px;" /></a><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyPcSMn9GHeQl72Nexe0TzC83kNTm2HAxRxE8Q6NZMtynHmrSeVRQexzFWthjmDF1uvbJgupyueOkukBWEyQR0arSsHX-7wsM5xh7MUpcfZSt4Cq_-X9lkKRufRcU7RUR3oq-Y3ALGeDK0/s1600/pa-001.jpeg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5496163804621842098" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyPcSMn9GHeQl72Nexe0TzC83kNTm2HAxRxE8Q6NZMtynHmrSeVRQexzFWthjmDF1uvbJgupyueOkukBWEyQR0arSsHX-7wsM5xh7MUpcfZSt4Cq_-X9lkKRufRcU7RUR3oq-Y3ALGeDK0/s320/pa-001.jpeg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 320px; margin: 0 10px 10px 0; width: 240px;" /></a><br />
Begitu menggoda ajakan mengikuti Tur Urat Emas Pangalengan pada medio April lalu. "Kita akan ke penambangan emas di Pangalengan," kata T. Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi Indonesia. Wow! Jujur saja, selama tinggal di Bandung, baru kali ini saya mendengar ada tambang emas.<br />
<a name='more'></a> Digarap liar pula. Perjalanan menantang segera terbayang.<br />
<br />
Dengan mengendarai truk TNI, kami pun memulai--begitu nama kegiatan itu--dari depan taman Ganesha Institut Teknologi, Bandung. Peserta sebanyak 32 orang terdiri atas peneliti geografi dan geologi, guru geografi, wartawan, pekerja swasta, dan mahasiswa.<br />
<br />
Saya memilih naik truk yang diisi para guru geografi dan peneliti dari Museum Geologi, dengan harapan bisa mendengar banyak kisah di sepanjang perjalanan.<br />
<br />
Lokasi tambang emas itu berada di perbatasan Pangalengan, Kabupaten Bandung, dengan Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jaraknya sekitar 50 kilometer dari pusat Kota Bandung ke arah selatan.<br />
Menghindari kemungkinan macet di daerah Baleendah, sopir mengarahkan truk melewati Cimahi. Belum sejam sampai di daerah Nanjung, badan sudah terasa pegal-pegal. Maklum, sejak berangkat tulang punggung dan bokong terus beradu dengan kursi kayu panjang. Tak jarang penumpang harus duduk terlonjak-lonjak. Dalam kecepatan sedang, enam roda truk terasa benar sulit berkelit dari tebaran lubang jalanan.<br />
<br />
Duduk di deretan paling belakang membuat mata leluasa melahap pemandangan sawah, pegunungan, sungai, yang diselingi permukiman penduduk. Perbukitan cadas, yang di bawahnya terdapat perkampungan, memanjang di sebelah kanan kami. Tebing di daerah Nanjung hingga Soreang, pusat pemerintahan Kabupaten Bandung, itu, konon, dulu merupakan pematang yang membelah danau raksasa Bandung purba menjadi sisi timur dan barat. "Kita sekarang sedang melintasi pantainya," ujar Bachtiar, yang di sepanjang perjalanan saling bertukar cerita kocak dengan seisi truk.<br />
<br />
Saya sulit membayangkan rupa danau itu dulu. Terbentang begitu luas hingga Padalarang di sisi barat Bandung, dasar danau itu adalah wilayah Kota Bandung sekarang. Dan bukti danau itu bak lautan kecil adalah pegunungan karst yang terbentuk dari karang danau. Menyembul karena proses pergerakan kulit bumi, batuan karst itu kini menjadi sumber nafkah pengusaha dan penambang batu kapur di daerah Citatah, Padalarang.<br />
<br />
Matahari mulai menyengat ketika truk berkelak-kelok di jalan pegunungan, tanda bahwa kami sudah di daerah Pangalengan. Hawa sejuk khas pegunungan menyelusup. Di bawah sana tampak punggung perbukitan berlapis sayur-mayur.<br />
<br />
Memasuki Situ Cileunca, kami terpesona oleh gumpalan asap putih tebal yang membubung dan menyatu dengan awan putih di langit. Truk berhenti di sisi danau buatan pemerintah Belanda untuk irigasi itu. Asap tersebut berasal dari pembangkit listrik tenaga uap di Pegunungan Wayang-Windu. Setelah menikmati dan mengambil gambar, sejumlah peserta perempuan sibuk mencari rumah penduduk untuk buang air kecil. Sebagian peserta laki-laki memilih mencari kebun kosong untuk urusan yang sama.<br />
<br />
Perjalanan dilanjutkan. Di dekat Rumah Jerman, truk berhenti. Dari kejauhan, rumah tua itu berdiri sendiri di kaki bukit. Kolam besar melatari di bagian depan, dan perkebunan teh di sekitarnya.<br />
<br />
Selepas gerbang Cukul Estate, truk kembali berhenti untuk mengangkut delapan guru geografi dari berbagai SMA untuk bergabung. Cukul Estate adalah perumahan bagi sekitar 100 keluarga petani teh. Memasuki perkebunan teh, jalan mulus segera lenyap. Batu-batu lancip memenuhi lebar jalan yang hanya cukup dilintasi satu mobil itu. Kecepatan truk menyurut.<br />
<br />
Merayap tapi pasti, mesin diesel meraung-raung. Beberapa kali truk mengaso sejenak di jalur menanjak. Di sisi kiri dan kanan, bergantian lereng kebun teh menganga dengan kemiringan 30-45 derajat. Ketegangan tersemai.<br />
<br />
Mulut seorang ibu guru terlihat sibuk berkomat-kamit membaca doa agar semuanya selamat. Dia menyarankan peserta berjalan kaki dari sini.<br />
<br />
Truk ngotot ingin melibas medan. "Masak sopir tentara nyerah," seloroh penumpang.<br />
Rupanya sopir punya ketegangan sendiri ketika beberapa kali memutuskan berhenti. Dia meminta seluruh penumpang duduk agar keseimbangan truk terjaga.<br />
<br />
Sambil tetap berdoa, saya mengusir jauh-jauh bayangan bahwa truk bakal terguling. Horor itu akhirnya berlalu setelah 15 menit. Tiba di tanjakan yang berkelok patah 180 derajat, sopir akhirnya menyerah. Penumpang satu per satu turun. Dari tempat setinggi 1.464 meter dari permukaan laut itu, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki menyusuri perkebunan teh.<br />
<br />
Menyusuri jalan setapak, peserta harus berjalan antre. Beberapa ada yang tergelincir karena jalan licin dan berair. Perjalanan menerabas hutan itu pun menghabiskan sekitar setengah jam.<br />
<br />
Mendekati lembah Cibaliung, gemericik air Sungai Cibaliung terdengar sayup-sayup. Suaranya makin jelas ketika kami tiba di salah satu gua penambang. Jalan masuk gua yang di sekitarnya ditumbuhi semak belukar itu disangga pilar-pilar dan atap kayu. Di depan gua, serpihan bebatuan putih berserakan. Sisa material lainnya ditumpuk dan dinaungi terpal plastik. Untuk memasuki lorong sempit dan gelap itu, kami hanya bisa bergantian satu per satu sambil membungkukkan badan.<br />
<br />
Begitu sampai di ujung lorong yang berjarak delapan meter, tiga penambang laki-laki tampak berada di dalam. Sebuah senter terikat pada kepala salah seorang penambang, yang berusia sekitar 20 tahun. Tak kuat berlama-lama di dalam gua yang pengap, saya memutuskan keluar dengan cara berjalan mundur setengah berjongkok. Dari gua itu, saya menyusul rombongan di depan yang sudah memasuki perkampungan penambang di bawah sana.<br />
<br />
Bedeng-bedeng penambang yang dibangun dari kayu dan terpal plastik itu begitu kumuh, seperti kandang ternak. Berukuran enam meter persegi, naungan itu dibagi untuk kamar tidur, dapur, dan tempat kerja. Salah satunya dihuni Sarman, 23 tahun. Lelaki berkulit gelap itu mengaku sudah ada di sana sejak 2000. Menurut dia, di sini ada lebih dari 100 penambang yang hampir seluruhnya berasal dari Desa Mekar Mukti, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, termasuk dirinya. Kampung itu sendiri terletak di balik lembah Sungai Cibaliung, berjarak, "Dua jam jalan (kaki)," katanya.<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Lucida Grande'; font-size: 11px; white-space: pre;"><iframe frameborder="0" height="350" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://maps.google.com/maps?f=q&source=s_q&hl=en&geocode=&q=Pangalengan,+Jawa+Barat,+Indonesia&sll=46.980252,-113.90625&sspn=21.242116,56.513672&ie=UTF8&hq=&hnear=Pangalengan,+Bandung,+West+Java,+Indonesia&ll=-7.159847,107.611519&spn=0.12056,0.220757&t=h&z=12&output=embed" width="425"></iframe><br /><small><a href="http://maps.google.com/maps?f=q&source=embed&hl=en&geocode=&q=Pangalengan,+Jawa+Barat,+Indonesia&sll=46.980252,-113.90625&sspn=21.242116,56.513672&ie=UTF8&hq=&hnear=Pangalengan,+Bandung,+West+Java,+Indonesia&ll=-7.159847,107.611519&spn=0.12056,0.220757&t=h&z=12" style="color: blue; text-align: left;">View Larger Map</a></small></span><br />
Saat itu, dia sempat memperlihatkan hasil temuannya setelah menggali dua hari dua malam di sebuah lubang. Dari bungkus kain lusuh berwarna merah, dia mengeluarkan batu logam berwarna perak seukuran kelereng. Di dalam batu seberat 4 gram itu, katanya, ada emas. Setiap bulan, dia biasa mendapat 10-15 gram emas yang biasa ia jual ke toko perhiasan di daerah Banjaran, Bandung. Hasilnya dibawa pulang ke keluarganya saban 15 hari sekali. "Uangnya hanya cukup untuk makan," ujarnya.<br />
<br />
Makmur, seorang peserta yang juga peneliti dari Museum Geologi Bandung mengatakan, dari batuan seberat 4 gram itu, paling hanya 30 persennya atau 1,2 gram yang menjadi emas. Sisanya adalah perak dan tembaga, yang sering dibuang begitu saja oleh penambang.<br />
<br />
Pagi atau malam, para penambang mulai bekerja memahat batuan kuarsa yang keras di gua, lalu memasukkannya dalam karung. Tidak asal memahat, mereka mencari rekahan batuan di dinding gua. Rekahan seukuran garis tipis itulah, menurut Makmur, yang disebut urat emas. Rekahan itu adalah jalan bagi mineral, seperti emas, perak, dan tembaga, dari hasil kegiatan gunung api. Gunung itu sendiri diperkirakan telah mati.<br />
<br />
Pecahan kuarsa selanjutnya diangkut ke bedeng. Batuan itu lalu ditumbuk dengan palu besi hingga hancur menjadi seukuran biji kacang. Butiran-butiran itu selanjutnya dimasukkan dalam gelundung, sebuah silinder dari besi seukuran galon air mineral yang diikat pada kayu. Gelundung yang diputar oleh arus sungai selama 12 jam menghasilkan butiran batu halus. Pengumpulan emas dalam butiran itu lantas diproses dengan kucuran air raksa alias merkuri.<br />
<br />
Saya meninggalkan Sarman, yang masih ingin menuntaskan pekerjaannya memecah batu. Bergabung dengan peserta yang sudah membuka bekal makan siangnya, lokasi yang dipilih adalah sebuah batu besar di tengah sungai. Dari arah belakang, lamat-lamat terdengar lagu dari radio di salah satu bedeng di belakang kami. Dari mana listriknya? Penasaran, saya bergegas berkeliling kampung penambang setelah beres makan. Salah seorang penambang dengan gamblang menjelaskan asal listrik itu. Dia membawa saya ke tepi sungai lainnya yang berjarak sekitar 15 meter dari tempat kami makan siang.<br />
<br />
Ternyata sumber listrik itu berasal dari tenaga air. Para penambang membuat turbin sederhana dengan bantuan dinamo dari mesin motor Honda CB. Dari situ, listrik mengalir hingga 250 watt, lalu dibagi untuk lima rumah. Daya sebesar itu, katanya, cukup untuk menyalakan lampu neon, alat-alat listrik bertenaga 15 watt, dan mengisi ulang baterai telepon seluler secara bergantian. Turbin itu, ujarnya, sudah dipasang dua tahun karena minyak tanah semakin susah. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, para penambang membeli beras dan lauk-pauk serta minyak goreng di warung perkampungan lain.<br />
<br />
Dari obrolan dengan penambang lain, mereka mengaku penambangan yang mereka lakukan adalah liar. Tiap bulan, katanya, mereka kerap disambangi petugas pemerintah daerah Garut yang meminta mereka pergi. Berdalih tak ada pekerjaan lain, para penambang tak menggubris larangan itu sehingga petugas pun tak bisa berbuat lebih jauh. Sejauh ini, kata mereka, tak ada seorang penambang pun yang tewas karena kecelakaan kerja.<br />
<br />
Setelah pamit meneruskan perjalanan, kami menaiki lembah untuk mencapai lokasi lain: Curug (air terjun) Cibaliung. Menyusuri jalan setapak yang licin, kami disambut penambang lain yang membangun bedeng di dekat curug. Untuk mencapai curug, kami harus melewati titian gelondongan kayu yang melintang licin di tengah sungai. Di bawahnya, gelundungan berputar cepat dihantam arus sungai. Perlu kehati-hatian tinggi di titian ini kalau tidak ingin terpeleset. Untungnya, tak ada satu pun peserta yang tercebur ke sungai.<br />
<br />
Curug itu berada di celah sempit berketinggian sekitar 10 meter. Jarak antardinding yang mengapitnya sekitar tiga meter. Kami cukup menikmatinya dari jarak agak jauh dengan air dingin sungai yang merendam hingga sebatas pangkal paha orang dewasa. Saking senangnya, saya sampai lupa isi saku celana. Begitu sadar, buku catatan dan sebungkus rokok serta korek api basah terendam. Beruntung, kamera saku hanya basah sedikit tersiram embusan air terjun. Saya segera ke sisi sungai membungkus semua peralatan yang masih kering. Dari langit, rintik hujan mulai turun.<br />
<br />
Hujan turun dengan lebat, kami pun berteduh di saung penambang. Peserta segera mengenakan ponco dan jas hujan. Saya memilih berbasah ria karena rindu bermain hujan. Didesak sore, kami meneruskan perjalanan di tengah hujan lebat dan cuaca dingin. Dari sini, rombongan terpecah menjadi dua. Kelompok pertama memilih kembali ke jalur kedatangan, sedangkan kelompok kedua, termasuk saya, memilih jalur terusan. Jalur ini, menurut penambang, lebih dekat dan cepat walau jalannya mendaki dan penuh bebatuan. Benar saja semua keterangan itu. Setelah semuanya berkumpul, truk membawa pulang kami secara hati-hati, menjaga kepuasan perjalanan itu yang tak luruh oleh hujan.<br />
<br />
<br />
Sumber :<br />
ANWAR SISWADI<br />
http://www.tempointeraktif.com/hg/perjalanan/2009/08/02/brk,20090802-190260,id.html<br />
<br />
2 Agustus 2009<br />
<br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><br /></span>Shafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-52591371291040008622010-01-24T08:09:00.000-08:002013-05-19T22:31:50.675-07:00Pangalengan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq6Vz1e9MP7ad4-yPZLklk24nC_P4ih64DuPnQUSMCiRhhFA21ImBz8XOtUU-pR_IMpMNW8IN0nq50T3u68SZxGveWVrLoy4P5lv0CAc1UkDzxC5spYHlMRiXmFT45m3ON4mPYrnu6M60C/s1600-h/166.png" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5430352312210924914" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq6Vz1e9MP7ad4-yPZLklk24nC_P4ih64DuPnQUSMCiRhhFA21ImBz8XOtUU-pR_IMpMNW8IN0nq50T3u68SZxGveWVrLoy4P5lv0CAc1UkDzxC5spYHlMRiXmFT45m3ON4mPYrnu6M60C/s320/166.png" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 171px; margin: 0 10px 10px 0; width: 243px;" /></a><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR9TlOBxUvRCWUkG4MxHXlCPURR4n0THij3ixG5voNawYpD8RYeOPaC4PI9v0HvIQoVO9C_Yz2vHM7vOz_0MFlnCamamBoBv36FsjWLDS3GWSxu91UPCoUA2ktrLxgZU7dE668SG-bDzGJ/s1600-h/155.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5430350665917911906" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR9TlOBxUvRCWUkG4MxHXlCPURR4n0THij3ixG5voNawYpD8RYeOPaC4PI9v0HvIQoVO9C_Yz2vHM7vOz_0MFlnCamamBoBv36FsjWLDS3GWSxu91UPCoUA2ktrLxgZU7dE668SG-bDzGJ/s320/155.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 269px; margin: 0 10px 10px 0; width: 320px;" /></a><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp8mluHqVY6ybPjLFEjLUZQesr9LVQ-8HplTq7wf3rj-BFJLjkFDKiIJzwGbfhiZ5zFNpokOpI1iIrD56XcHcuhiIoX9rJRFnwXcBYEBeobfzJzH1nINgXVjvhkBQW_nZDmZITIv2DlnSg/s1600-h/133.png" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5430343047029019922" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp8mluHqVY6ybPjLFEjLUZQesr9LVQ-8HplTq7wf3rj-BFJLjkFDKiIJzwGbfhiZ5zFNpokOpI1iIrD56XcHcuhiIoX9rJRFnwXcBYEBeobfzJzH1nINgXVjvhkBQW_nZDmZITIv2DlnSg/s320/133.png" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 240px; margin: 0 10px 10px 0; width: 320px;" /></a><br />
Pangalengan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.<br />
<br />
Pangalengan terletak di sebelah selatan Kota Bandung, dan terkenal akan beberapa objek wisata, seperti Situ Cileunca dan Kolam pemandian air panas Cibolang.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Pangalengan juga dikenal sebagai daerah pertanian, peternakan dan perkebunan. Terdapat beberapa perkebunan teh dan kina yang dikelola oleh PTPN. Pangalengan juga merupakan daerah penghasil susu sapi. Pengolahan susu di daerah Pangalengan dan daerah Bandung selatan lainnya dikelola oleh KPBS (Koperasi Peternak Bandung Selatan).<br />
<br />
Kelurahan/desa :<br />
<br />Banjarsari <br />
Lamajang<br />Margaluyu<br />Margamekar<br />Margamukti<br />Margamulya<br />Pangalengan<br />Pulosari<br />Sukaluyu<br />Sukamanah<br />Tribaktimulya<br />Wanasuka<br />Warnasari<br />
<br />
<b>Catatan:</b><br />
<i>Kecamatan Pangalengan merupakan bagian dari Kabupaten Bandung, dengan luas wilayah 280, 59 km2, dengan jumlah penduduk 133 ribu jiwa,</i><br />
Sumber :<br />
http://id.wikipedia.org/wiki/Pangalengan,_Bandung<br />
<br />
Sumber Gambar :<br />
http://img.photobucket.com/albums/v679/fahrie/pangalengan.png<br />
<br />
<br />
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0c/Locator_kabupaten_bandung.png<br />
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbqAk3yYDlXxD0gtRFbSxVdH-tZw8gj4bPCHt5aiICfrVKZwadZhYhu_ZysUR8m9-1ikXm5vZp0xwqi200iZ3esdKMdOfdzrRmhQAiJ-3gZ4K8_Ll4ctU9Mtuz6dC41y_MaU7K9AoNL7Wa/s400/peta+KAB.+ABNDUNG.jpgShafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-48578920423248424892010-01-24T08:04:00.000-08:002010-01-24T08:06:14.840-08:00Peta Pangalengan<iframe width="425" height="350" frameborder="0" scrolling="no" marginheight="0" marginwidth="0" src="http://maps.google.com/maps?f=q&source=s_q&hl=en&geocode=&q=pangalengan,+indonesia&ie=UTF8&hq=&hnear=Pangalengan,+Bandung+Regency,+West+Java,+Indonesia&ll=-7.159847,107.611519&spn=0.429213,0.883026&z=10&output=embed"></iframe><br /><small><a href="http://maps.google.com/maps?f=q&source=embed&hl=en&geocode=&q=pangalengan,+indonesia&ie=UTF8&hq=&hnear=Pangalengan,+Bandung+Regency,+West+Java,+Indonesia&ll=-7.159847,107.611519&spn=0.429213,0.883026&z=10" style="color:#0000FF;text-align:left">View Larger Map</a></small>Shafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-51825743142482668802010-01-24T07:59:00.000-08:002013-05-19T22:32:16.006-07:00Berpetualang di Situ Cileunca<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfDAYB-j2Xl2kiEGZ1WbTsHNJt5s7ii4IlHGbH61talyu_Iq5_ho3Y7ytPT-5uD77umCq3OADrYYjoEelfNOWjbEhZixg6QQ0rixm50h_3lC7rpgA8u5MnVJgZP36fPPwAzYMLozVmOR_y/s1600-h/127.JPG" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5430337841038752754" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfDAYB-j2Xl2kiEGZ1WbTsHNJt5s7ii4IlHGbH61talyu_Iq5_ho3Y7ytPT-5uD77umCq3OADrYYjoEelfNOWjbEhZixg6QQ0rixm50h_3lC7rpgA8u5MnVJgZP36fPPwAzYMLozVmOR_y/s320/127.JPG" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 148px; margin: 0 10px 10px 0; width: 320px;" /></a><br />
Bagi yang gemar beroffroad bisa mengeliling situ untuk dapat mencapai kebun straoberi.<br />
<br />
<br />
Suara mesin dari perahu tidak mampu mengalahkan suara desiran angin dan gelombang air di Situ Cileunca, Desa Warnasari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desiran angin itu semakin kuat menyibak rambut saat perahu terus melaju tanpa henti. Mata pun tak pernah letih memandang gelombang air, gunung-gunung, yang berada di sekitar Situ Cileunca.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Situ yang sering dibanjiri pengunjung itu mulanya merupakan hutan belantara. Pada 1918, sebagian kawasan hutan di sana dibuat situ untuk kebutuhan pengairan daerah di sekitarnya. Situ berkedalaman 17 meter ini warnanya begitu bening, sehingga enak dipandangi.<br />
<br />
Udara di Situ Cileunca yang mempunyai luas permukaan air 1.400 hektare ini sangat dingin. Karenanya, banyak wisatawan yang mendatangi tempat ini untuk camping. Kebetulan, pengelola objek wisata ini, menyediakan arena camping round.<br />
<br />
Menurut petugas Situ Cileunca, Hendri Solehudin, wisatawan yang camping di Situ Cileunca banyak sekali. ''Makanya, tempat ini sering dijadikan acara untuk pelatihan tentang lingkungan atau opspek mahasiswa,'' katanya menjelaskan.<br />
<br />
Situ Cileunca, menawarkan banyak objek wisata. Selain bisa menikmati keindahan situ dan iklimnya yang segar, pengunjung juga bisa mendatangi kebun strawberry dan kebun arbei. Untuk mencapai lokasi kebun tersebut, pengunjung harus menggunakan perahu dengan waktu tempuh sekitar 10-15 menit. Harga sewa perahu relatif murah yaitu Rp 5.000 per orang. Kita pun bebas memilih apakah perahu motor atau dayung.<br />
<br />
Sebenarnya, kita bisa menggunakan jalur alternatif lain untuk sampai ke kebun strawberry. Jalur yang bisa digunakan lewat darat dengan mengelilingi situ. Namun, jalan di sekitaran situ kondisinya kurang bagus sehingga agak sulit untuk dilalui oleh kendaraan biasa. Namun, bagi yang suka offroad dan mempunyai kendaraan jenis Land Cruiser, tidak ada salahnya untuk mencobanya mengelilingi situ dengan medan yang sangat menantang.<br />
<br />
Perjalanan lewat air ke kebun strawberry hanya membutuhkan waktu 10-15 menit. Selama perjalanan tersebut, kita bisa melihat indahnya pemandangan Gunung Wayang, Malabar, dan Windu. Kita juga disuguhi pemandangan hutan hasil peninggalan pembuatan situ.<br />
<br />
Namun sesampainya di pinggir situ, kita belum bisa langsung memetik strawberry. Harus terlebih dulu berjalan menapaki jalan setapak yang berada di samping hutan. Dengan petunjuk seadanya, pengunjung seolah dibiarkan mencari tujuannya sendiri. Meskipun, jika kebingungan, pengunjung bisa meminta tolong kepada tukang perahu.<br />
<br />
Setelah berjalan sekitar 15 menit dengan medan yang menanjak, kita baru menemukan kebun strawberry. Di areal kebun ini, pengunjung dapat memetik jenis buah ini sepuasnya. Di kebun ini 1 kg strawberry dihargai Rp 30 ribu. Selain strawberry, di atas tanah seluas 70 tumbak ini juga tersedia buah melosa yang oleh banyak masyarakat dipercaya sebagai obat penyakit darah tinggi dan penderita liver. Harga melosa yang berbentuk lonjong berwarna hijau ini Rp 15 ribu per kg.<br />
<br />
Melosa, terbilang unik. Karena, buah yang rasanya mirip melon itu hanya dibudidayakan di Dieng, Jawa Tengah, dan Eropa. Pengelola kebun, Amin (54 tahun), dengan senang hati melayani puluhan pembelinya untuk menjelaskan manfaat dari buah melosa.<br />
<br />
''Kebun strawberry itu juga menjadi tujuan utama di Situ Cileunca,'' katanya sambil melayani pembeli. Jika hari libur, keuntungannya bisa mencapai Rp 400 ribu per hari, tentu dari hasil penjualan kedua jenis buah tersebut.<br />
<br />
Jika sudah bosan di kebun strawberry, kita bisa melanjutkan perjalanan ke kebun arbei yang hanya berjarak beberapa meter dari strawberry. Dengan hanya membayar Rp 2.500, pengunjung bisa memakan arbei sepuasnya. Arbei dengan rasa yang relatif enak, telah mengundang ribuan penggemarnya ke kabun ini.<br />
<br />
Bagi pengunjung yang hobi memancing, Situ Cileunca juga bisa menjadi lokasi pilihan. Di situ ini terdapat berbagai jenis ikan, di antaranya ikan mas, golsom, nila, dan sejumlah ikan hias. Untuk memancing di situ ini, pengunjung tidak dipungut bayaran.<br />
<br />
Dengan berbagai fasilitas yang tersedia, tampaknya Situ Cileunca, cocok untuk lokasi liburan bersama keluarga. Karena situ ini juga dilengkapi dengan arena bermain anak-anak. Bagi pengunjung yang ingin menginap, pengelola menyediakan bungalow yang terdiri dari dua bungalow besar dan satu kecil. Untuk bungalow besar, pengunjung harus membayar Rp 250 ribu per malam, sedangkan bungalow kecil Rp 150 ribu per malam.<br />
<br />
Namun jika ingin merasa lebih nyaman, Anda bisa menyewa vila yang tersedia di dekat situ. Beberapa vila milik penduduk setempat dapat disewa dengan harga yang relatif murah. Selain berwisata, di tempat ini, pengunjung bisa belajar cara pergerakkan turbin untuk PLTA.<br />
<br />
<br />
<br />
Lebih Asyik Naik Bus<br />
<br />
Situ Cileunca kini merupakan salah satu alternatif tujuan wisata yang dikembangkan Pemerintah Kabupaten Bandung. Karena itu pemerintah setempat menyediakaan bus yang melewati kawasan tersebut. Jika berangkat dari Bandung, kita bisa menggunakan bus jurusan Pandegelang dengan waktu tempuh sekitar 2-2,5 jam. Sementara untuk masuk ke lokasi wisata, kita harus mengeluarkan uang Rp 2.500 per orang, Rp 3.000 untuk mobil, Rp 1.500 untuk motor, dan Rp 5.000 untuk bus.<br />
<br />
Ikhtisar<br />
*Untuk bisa ke Situ Cileunca, pengunjung bisa naik bus dari Bandung jurusan Pendegelang dengan waktu tempuh 2-2,5 jam.<br />
*Masuk ke kawasan situ harus membayar Rp 2.500 per orang.<br />
*Ke kebun strawberry, pengunjung harus menyeberang situ menggunakan perahu dengan tarif Rp 5.000 per orang.<br />
(ren )<br />
<br />
Sumber :<br />
Republika, 19 Maret 2006<br />
Sumber Gambar:<br />
http://pictures.maleber.net/img/1235708289_DSC_7887.JPGShafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-23190349571711175222010-01-24T07:40:00.000-08:002013-05-19T22:32:58.825-07:00Perkebunan Malabar, Pangalengan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5MF-HekmXWoeHwGLUPVdpqJLYYm8ci2RMUhmfxo-WRsjlCdetauv3VuNiM0WRM41n2j28PiXW0B7PtBmCdCgKJ70BNGMzTnu8NIHdvuGdu0HwC7Zy9HrIpA44AR9xO23jQfrSRpIUDFwl/s1600-h/126.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5430332809436543410" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5MF-HekmXWoeHwGLUPVdpqJLYYm8ci2RMUhmfxo-WRsjlCdetauv3VuNiM0WRM41n2j28PiXW0B7PtBmCdCgKJ70BNGMzTnu8NIHdvuGdu0HwC7Zy9HrIpA44AR9xO23jQfrSRpIUDFwl/s320/126.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 210px; margin: 0 10px 10px 0; width: 320px;" /></a><br />
Perkebunan Teh Malabar dibangun pada tahun 1890 di ketinggian 1550 m di atas permukaan laut. Lokasinya berada 45 km di selatan Bandung dengan hawa sedang 16 sampai 26 oC. Perkebunan ini diberkahi dengan pemandangan yang indah dari hamparan pegunungan yang diliputi oleh tanaman teh yang menghijau. <br />
<a name='more'></a>Teh dari perkebunan ini sudah lama dikenal orang di dunia. Selain pabrik teh, wisatawan juga dapat menyaksikan peninggalan sejarah kebun Malabar berupa rumah dan makam pendiri kebun ini, K.A.R Boscha.<br />
Apa yang bisa dilihat<br />
<br />
Pemandangan alam yang diliputi hamparan kebun teh yang menghijau, sementara di sela-selanya para pemetik teh tengah bekerja dengan gembira<br />
<br />
Wisma Malabar, didirikan pada tahun 1894 mulanya sebagai kantor dan kediaman KAR Boscha<br />
<br />
Wisma Melati, didirikan pada tahun 1908, mulanya merupakan kediaman deputi manajer pertama Malabar, kini dikelola sebagai penginapan bagi wisatawan<br />
<br />
Perumahan para pekerja perkebunan, dengan gaya khas arsitektur Sunda, pertama dibangun tahun 1890<br />
<br />
Makam Boscha yang dinaungi oleh pepohonan di sebuah hutan kecil. Tempat ini dahulu merupakan tempat ia beristirahat setelah lelah menginspeksi kebun-kebun teh<br />
<br />
Gunung Nini, walaupun hanya sebuah bukit, banyak dikunjungi para wisatawan untuk menikmati pemandangan yang menakjubkan dari pegunungan yang melingkungi Malabar, Situ Cileunca, dan matahari terbit di antara Gunung Wayang dan Windu.<br />
<br />
Pabrik Teh Tanara yang didirikan tahun 1905 dan kini dikenal sebagai Pabrik Teh Malabar terus memproduksi teh dataran tinggi yang berkualitas baik dan terkenal di dunia. Pabrik yang kini berdiri merupakan pengganti dari pabrik pertama yang hancur pada Perang Dunia II.<br />
<br />
Kebun bibit pada awalnya di tahun 1896 ditanami bibit Teh Assam. Melalui budidaya, bibit-bibit teh dari pohon-pohon teh setinggi 7 meter ini dikembangkan di sejumlah lahan perbibitan di beberapa tempat.<br />
<br />
Tamu khusus pabrik dapat menikmati pemandian air panas alami Tirta Camelia.<br />
<br />
Air terjun Cilaki dan pembangkit listrik tenaga air yang didirikan atas perintah KAR Boscha dan sampai kini menjadi penyedia energi listrik bagi pabrik teh dan perumahan karyawan.<br />
<br />
Sekolah pertama yang pada tahun 1913 dibangun berlokasi di kebun teh Ciemas menjadi sarana pendidikan bagi putra-putri karyawan perkebunan<br />
KAR Boscha<br />
<br />
Karel Albert Rudolf Boscha lahir di S'Gravenhage, Belanda. Ia tiba di Indonesia pada tahun 1887 dan mempelajari budidaya teh di Sinagar Sukabumi, Jawa Barat.<br />
<br />
Tahun 1896, ia diangkat menjadi manajer perkebunan Teh Malabar sampai ia wafat pada tahun 1928.<br />
<br />
Boscha tidak hanya dikenal di dunia budidaya teh. Ia banyak menyumbangkan pikiran, tenaga, dan dana bagi kepentingan-kepentingan sosial dan pembangunan kota Bandung, seperti Observatorium Bintang Boscha di Lembang, Bala Keselamatan di Jl. Jawa, sekolah bagi penyandang tuna rungu dan tuna wicara, Telefoon Maatschappij voor Bandung en Preanger di Jl Tegallega (kini PT INTI), serta kompleks Nederlands-Indische Jaarbeurs (Pekan Raya) yang kini menjadi kantor Kologdam.<br />
<br />
Ia menjadi ketua Biro Spesialis Teh (tahun 1910) dan ketua Pertanian Percobaan (tahun 1917) dan anggota dewan penyantun untuk Tehnische Hogerschool (kini ITB) sampai tahun 1928. Ia pula yang mendirikan Institut Kanker dan yang pertama memperkenalkan satuan hektar dan kilometer untuk menggantikan satuan tradisional pal dan bahu. Atas jasa-jasanya, ia diangkat sebagai warga kehormatan kota Bandung dan kini namanya diabadikan pula sebagai nama sebuah jalan di utara Bandung.<br />
<br />
Sumber :<br />
http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewartikel.asp?id=6<br />
<br />
Sumber Gambar:<br />
http://irfanchemist.wordpress.com/2009/04/14/pangalengan/Shafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-53026928863270612822010-01-24T07:37:00.000-08:002013-05-19T22:33:21.400-07:00Petani Pangalengan Keluhkan Harga Sayur MayurPara petani sayur mayur di Pangalengan mengeluhkan harga sayur mayur yang belum berpihak kepada mereka. Penjualan sayur mayur hanya cukup menutupi biaya produksi malah kadang harus nombok.<br />
<br />
Menurut tokoh petani Pangalengan, H. Usep, harga sayur mayur saat ini seperti tomat sekitar Rp 2.000,00/Kg. "Sedangkan biaya produksi tomat ya sekitar Rp 2.000,00 sehingga pas-pasan. Para petani sekedar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya untuk makan," katanya.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Sedangkan harga kubis (kol) sekarang ini rata-rata Rp 500,00, dan biaya produksi sekitar Rp 900,00/Kg. "Kalau sedang panen raya atau ada serbuan sayur mayur dari daerah-daerah lain otomatis harga sayur jatuh hingga petani rugin" ungkapnya.<br />
<br />
Untuk harga kentang, kata Usep, masih berkisar Rp 4.000,00 per kg, namun saat ini Pangalengan sedang tidak musim tanam kentang. "Para petani membutuhkan pengetahuan pasar sehingga tidak terjadi tanam serentak yang berdampak kepada kejatuhan harga sayuran," ucapnya.(A-71/kur)***<br />
Sumber :<br />
http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=115575<br />
12 Desember 2009Shafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-9425855609460997962010-01-24T07:35:00.000-08:002013-05-19T22:33:45.176-07:00Arung Jeram PangalenganSungai Palayangan – Pangalengan, adalah salah satu sungai yang menjadi pilihan terbaik kegiatan arung jeram di Bandung . Debit air yang stabil sepanjang tahun, pemandangan yang indah serta air sungai yang jernih menjadi nilai tambah sungai Palayangan ini. Terletak 45 km di selatan Bandung , tepatnya di kota Pangalengan yang terkenal sebagai daerah penghasil susu dan sayuran. <br />
<a name='more'></a>Titik start kegiatan arung jeram berada di lokasi wisata Situ Cileunca, pada ketinggian 1200 m dpl dengan suhu antara 18-26 derajat C. Situ Cileunca merupakan danau buatan dengan luas lebih dari 14.000 m2, dikelilingi oleh hutan pinus perkebunan teh serta kebun sayuran yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Pada kondisi normal, debit air adalah 2 m3 perdetik, sedang pada musim hujan dengan volume air yang melimpah debit air dapat mencapai lebih dari 4 m3 per detik.<br />
<br />
Sungai Palayangan tergolong pada sungai dengan tingkat kesulitan Class III – IV (pada skala I – IV), lebar sungai yang hanya berkisar 3-4 m dengan lintasan pengarungan sepanjang 6 km dan gradien 30-60 derajat menjadikan arus sungai cukup deras. Kegiatan arung jeram di Sungai Palayangan mampu meberikan tantangan yang menjanjikan bagi para pecinta arung jeram.<br />
<br />
<br />
Jalannya Pengarungan<br />
<br />
Pengarungan yang telah direncanakan bertaon-taon akhirnya terwujud juga..Tanggal 4 Mei 2008, bertepatan dengan selesainya kegiatan outbound yang diprakarsai oleh Anton, Seno, GDZ, Komeng yang diadakan di tepi Situ_Cileunca. Setelah selesai semua kegiatan outbound, pukul 3 tet, diawali dengan stretching (untuk melemaskan otot-otot yang sudah 36 taon tidak megang dayung…kata om clg), kemudian menyusun team pengarungan, perahu 1 diisi oleh Anton, GDZ, Komeng, Copet, Fitri dengan formasi 2-2-1. Sedangkan perahu 2 diawaki oleh Coro , Clg, Seno, Joko (Unpad), Boy (Gegama) dengan menggunakan formasi yang sama, yaitu 2-2-1.<br />
<br />
Start dimulai dari outlet situ..begitu melihat sungai..(yang diwakili oleh jeram selamat datang)..Cuma satu kalimat yang muncul dari mulut om clg “koq medeni….???”, ternyata dia tertipu, katanya sungainya fun, ternyata……, tapi dia gak punya cukup nyali untuk balik kanan (pulang red..). So…dimulailah pengarungan dimana kita tidak dikasih banyak waktu oleh sungai untuk bersimulasi menyegarkan teori yang telah tertutup memori, bagaimana tidak, lokasi start hanya berupa dermaga yang berjarak 2 meter dari jeram selamat datang..dan jreeeng…selamat datang pun sukses dilewati oleh perahu 1 dan 2. Jeram selanjutnya adalah …. (sori aku lali jenenge..). Yang jelas jeram ini punya nama baru, yaitu jeram komeng…hehehe (komeng njungkel soale..), jeram ini punya drop hole kurang lebih 1,5 m..na si komeng ini kurang mengantisipasi kondisi perahu yang agak kempes, jadi pas nglewati drop hole tsb, sukseslah komeng mencelat… Jeram ke-3 adalah jeram domba (pernah ada domba kecemplung truz ga keliatan batang idungnya lagi sampe sekarang…), lagi-lagi drop hole bikin masalah, cukup tinggi juga seh sampe komeng mencelat lagi, kali ini ga ke air, tapi nubruk bojoku (meh nesu janne…hehehe, gojek meng). Nah..sekarang giliran mascot pangalengan harus kita hadapi, jeram kecapi..pas nengok ke perahu sebelah, muka om clg putih kayak ga ada darah..Tapi bener kok, jeram ini cukup bikin jiper..bahkan seorang skipper sekaliber komeng jadi ciut nyalinya..<br />
<br />
Jeram ini punya karakteristik cukup unik, dengan panjang sekitar 200 meteran dengan gradient cukup curam (para rencue darat yang nunggu di ending jeram kecapi keliatan keciiil), dihiasi drop hole yang bervariasi ketinggiannya (1,5-2,5 m) serta jalur yang cukup sempit (ngepres bgt satu perahu), maka cukup layak jeram ini dikategorikan masuk grade IV..Perahu 1 sukses melewati kecapi, yang kemudian standby dengan rescue kit untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan..Pas ketika perahu 2 melewati kecapi, tepatnya di drop hole terakhir, apes buat om clg…buggg…, entah sengaja entah tidak ujung dayung coro tepat menghantam matanya, sukseslah matanya om clg jadi bengkak + biru lebam, tapi malah anton yang sueneeng buanget liat kejadian itu, kayak dapet durian runtuh dia (keto’e ada gendam pribadi kie…). Setelah jeram kecapi, jeram-jeram selanjutnya cenderung lebih mudah dilewati (III kebawah) dan cocok buat nge-fun lah, yang jelas pengarungan ini cukup membekas bagi om clg (dihati sama dimatanya he..he..)<br />
<br />
Sumber :<br />
http://mapalasttl.org/index.php?option=com_content&task=view&id=64&Itemid=36<br />
10 Mei 2008Shafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-89349566053824145882010-01-24T07:30:00.000-08:002013-05-19T22:34:10.160-07:00Pangalengan yang Penuh Petualangan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzD5kX8HvqwA_K2ZbEJIIb0rjByGSePa2Y_2MXoYJNWtiQKLSqAJq_vLgcHsNXNKqkTyUMTfa7jX8y8UmuIxlvKzgrNA8SoWHg3lBKOXxPxOQ0hp6kWnOftja1oQvFMgyW8jMYezdC7SgJ/s1600-h/121.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5430329632719550834" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzD5kX8HvqwA_K2ZbEJIIb0rjByGSePa2Y_2MXoYJNWtiQKLSqAJq_vLgcHsNXNKqkTyUMTfa7jX8y8UmuIxlvKzgrNA8SoWHg3lBKOXxPxOQ0hp6kWnOftja1oQvFMgyW8jMYezdC7SgJ/s320/121.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 189px; margin: 0 10px 10px 0; width: 320px;" /></a><br />
Pangalengan 16 November 2008<br />
<br />
Kabut masih saja menyelimuti desa, disaat mentari malu-malu untuk menampakan diri di minggu pagi. Segerembolan ibu-ibu pemetik teh dengan topi lebar yang khas mulai menapaki jalanan aspal menuju perkebunan teh. Udara pagi pedesaan begitu segar dan terasa dingin menusuk tulang. Hilir mudik penduduk desa, petani sayuran dan petani susu sudah menjadi pemandangan yang khas setiap pagi.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Pagi itu kami berjalan-jalan disepanjang perkebunan teh. Perkebunan teh malabar bak permadani yang terhampar luas dibumi pangalengan. Sebagai karya besar diantara karya-karya besar Bosscha. Di Pagi itu pulan nampak para pencari kayu bakar dari pohon teh sudah pulang dengan membawa seikat besar pohon-pohon teh diatas kepalanya. Menembus embun-embun pagi yang masih membasahi rumput setelah hujan semalaman mengguyur pangalengan.<br />
<br />
Di aera perkebunan teh terdapat makam Bosscha, peristirahatan terakhir itu begitu rimbun diteduhi oleh pohon-pohon besar. Bosscha merupakan orang yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat pribumi pada masa penjajahan belanada dan juga merupakan seorang pemerhati ilmu pendidikan khususnya astronomi. Dipinggiran makam terlihat petugas sedang menyapu, Beliau yang diamanahi untuk menjaga kebersihan dan kerapihan makam boscha. Sejurus kemudian setelah meminta izin kami diperbolehkan untuk memasuki makam bosca yang berukuran bulat dengan tulisan-tulisan yang tidak saya mengerti.<br />
<br />
Sekitar pukul 10.00 wib, Kami yang terdiri dari team Mandala Adventure, para peserta, Instuktur tiba di situ cileunca. Para peserta sedang brefing untuk membuat rakit dari bambu dan ban. dan dibuat beberapa tim. rencanya tim ini akan menyebrangi danau sampai ujung dan balik lagi ke tempat start. Sementara saya sepedahan mengelilingi situ cilenca melewati bendungan sebelah timur sebagai jalan menuju tepian danau.<br />
<br />
Tepat kumandang adzan duhur para peserta selesai dan bersitirahat. Sebagian diantaranya melaksanakan shalat dzuhur. Kami pun bergantian melaksanakan ibadah shalat duhur. Setelah selai shalat duhur kami pun makan siang dengan menu istimewa. Setelah isitrahat sesaat para pwserta kemabli di brefing karena akan melaksanakan arung jeram aliran sungai situ cileunca.<br />
<br />
Terdapat 7 buah perahu yang dilengkapi pemandu dimulai dilepas satu persatu untuk menjelajah sungai. Wajah-wajah kegembiraan bercampur ketegangan terlihat dari wajah-wajah peserta. Mereka begitu menikmati petualangan yang begitu memacu adrenalin.<br />
<br />
** Kejadian menegangkan<br />
<br />
Ketika memasuki turunan curam, aku pun siap menjpret setiap momen yang menegangkan, benar saja ketika ada seorang wanita yang jatuh dari perahu, badanku tiba-tiba terdiam dan kaget kamera yang saya pegang tidak sempat mengambil gambar-gambar menegangkan tersebut. Badanku seperti kaku, seakan terhipnotis oleh kejadian tersebut, diam sesaat. Seperti adegan mahar dalam film laskar pelangi yang telah siap dan yakin akan menjawab pertanyaan, akan tetapi ia kaget begitu terjepret oleh kamera dan cahaya dari blitz. Yang mengakibatkan pertanyaan dijawab oleh grup lain.<br />
<br />
Kami tidak bisa mengikuti sepanjang aliran sungai karena medannya sangat sulit untuk dilalui dengan sepeda. Sesampai dijembatan lalu kami memotong arah melewati perkebunan teh dan menunggu para peserta dilintasan finish sebelum bendungan dimana setiap peserta arung jeram selalu berhenti disini.<br />
<br />
Langit mulai mendung kembali, segera saja kami berkemas menaikan sepeda ke mobil. Benar saja setelah kami beres menyusun sepeda hujan mulai mengguyur lebat. Mengalir diantara selokan-selokan yang selanjutnya bermuara disungai. Setelah pamitan pada panitia dan para peserta kami pun pulang ditemani hujan yang mengguyur jalanan bebatuan tak beraspal sepanjang kebun teh.<br />
<br />
*** Terimakasih Kepada Ust. Amri, Bpk Dandi, Kang Agus, Teh Dewi, Manadala Team, Hotel Citere, Mandala-Set Wapres ***<br />
<br />
Sumber :<br />
http://taryan.cybermq.com/post/detail/206/pangalengan-yang-penuh-petualangan<br />
3 Februari 2009Shafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-9045065845787682152010-01-24T07:26:00.000-08:002013-05-19T22:34:33.467-07:00Outbound Ciwidey-Pangalengan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG2pkUSsIdNRchl_xi8obXA2x6v7peIhTxeKkFebr8w2CjE159srI9zvTTEG6GaF99lf8SiF4DNsSz597p7SLFAXxZTPsOgM8TQ3hT6W0nfdJLAO_j1jg75MpiKzd14eEAfwtS9uzmBqg1/s1600-h/120.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5430328736496058994" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG2pkUSsIdNRchl_xi8obXA2x6v7peIhTxeKkFebr8w2CjE159srI9zvTTEG6GaF99lf8SiF4DNsSz597p7SLFAXxZTPsOgM8TQ3hT6W0nfdJLAO_j1jg75MpiKzd14eEAfwtS9uzmBqg1/s320/120.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 149px; margin: 0 10px 10px 0; width: 200px;" /></a><br />
Pada akhir tahun 2007 lalu, perusahaan tempat dimana saya bekerja mengadakan outbound ke daerah Bandung Selatan dengan rute Ciwidey-Pangalengan. Menempuh perjalan sekitar ± 4 jam dari Jakarta menuju Ciwidey, tiba tengah hari di peristirahatan namanya Pondok Gemyang yang telah disediakan oleh crew dari South Links pimpinan Abah Dadan yang kami hired sebagai EO untuk acara outbound ini.<br />
<a name='more'></a><br />
Setelah makan siang dan minum bandrek khas Ciwidey kami pun berangkat dengan menggunakan dua unit kendaraan jenis Landrover menuju Situ Patengan dengan melalui jalan sekitar kebun teh layaknya offroad, sepanjang jalan terlihat pemandangan hamparan kebun teh tersamar oleh cuaca yang berkabut. Sampai di Patengan terlihat banyak orang yang lagi menikmati liburan dipinggiran situ (danau), ada yang berlayar atau sekedar menikmati dinginnya udara sekitar area danau.<br />
Kang Yudi (orang bilang Doyok) salah satu crew dari South Links memandu kami dan mengajak kami untuk mengikuti flying fox punya anak-anak dari Wana Reksa (Pecinta Alam Ciwidey). Hanya 3 orang dari kami yang berani mengikuti game ini, salah seorang dari 3 ini gemetaran dan tidak mau meluncur, tapi setelah dibujuk dan melihat lagi peserta lain meluncur 2 kali, akhirnya meluncur juga walau dengan style seat (duduk). Setelah itu kami melaju lagi dengan Landrover menuju pemandian Rancabali, dengan air hangat yang mengandung belerang kamipun berenang, terasa segar dibadan.<br />
Jam 5 sore kami tiba di Pondok Gemyang untuk membersikan diri dan beristirahat menunggu datangnya waktu magrib. Selesai sembahyang magrib kami di ajak untuk menikmakti hidangan sate disebuah rumah makan, rasanya enak sekali membuat badan ini menjadi hangat.<br />
<br />
Esoknya pagi-pagi kami sudah siap lagi berangkat menuju Kawah Putih, sekitar 30 menit perjalanan sampai di tempat, kelihatan kawah putih dengan kabut tebal dan aroma belerang yang menyengat, kamipun memutuskan untuk tidak berlama-lama di tempat ini.<br />
<br />
Dari Kawah Putih kami meluncur menuju Pangalengan melalui belantara hutan, sempat beristirahat sebentar untuk melihat pemandangan di Gambung, pas tengah hari sampai di situ Cileunca dan bersantap siang dengan makanan kampung yang menggugah selera, sambil makan Kang Yudi menerangkan daerah wisata alam yang di kelola South Links seperti arena arung jeram sekitar Cileunca, ada flying fox, paint ball juga.<br />
<br />
Setelah makan siang perkebunan Malabar yang kami tuju disana terletak tempat tinggal dan makamnya Boscha (seorang ahli astronomi pendiri ITB) setelah melihat rumah dan makamnya Boscha kami pun sempat berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan menuju terminal Pangalengan dimana mobil jemputan menuju Jakarta menunggu.<br />
Setelah beristirahat sebentar dan membeli oleh-oleh yang khas Pangalengan (dodol susu, krupuk susu, kentang, permen susu, dll.) kami pun meluncur kembali ke Jakarta untuk mengikuti rutinitas seperti biasanya. Outbound Ciwidey-Pangalengan!! Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan.<br />
Sumber :<br />
http://arsitekk.blogspot.com/2008/03/outbond-ciwidey-pangalengan.html<br />
31 Maret 2008Shafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-49544280982329143692010-01-24T07:15:00.000-08:002013-05-19T22:34:54.795-07:00Pangalengan: Aneka Olahan dari Susu Sapi PerahSetiap daerah tentu memiliki makanan khas daerah tersebut, Majalaya punya borondong, Ciwidey dengan Kalua Jeruk nya (manisan kulit jeruk Bali), tak terkecuali Pangalengan. Orang tentu telah mengenal permen susu atau sering disebut caramel hasil olahan para pengrajin di Pangalengan, selain itu teradapat juga kerupuk susu, dodol susu, tahu susu, noga susu dll.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Semua itu tidak terlepas dari adanya peternakan sapi perah di Pangalengan, peternakan sapi di sana mempunyai sejarah yang cukup panjang, dari penuturan Haryoto Kunto (Kuncen Bandung), ada sejumlah pelarian perang Boer di Afrika Selatan yang datang ke daerah Bandung pada zaman Kolonial Belanda, mereka mendirikan usaha diberbagai sektor, diantaranya mendirikan Dennish Bank (sekaranng Bank Jabar), membuka perkebunan, dan peternakan, salah satu nya di Pangalengan (Baca : Balai Agung di Kota Bandung-Haryoto Kunto).<br />
<br />
Peternakan sapi didirikan untuk kepentingan gizi orang-orang Belanda. Orang Belanda memang suka minum susu. Saat itu peternakan sapi perah hanya dimiliki oleh orang Belanda. Para pribumi hanyalah pekerja. Di Pangalengan terdapat beberapa perusahaan besar, seperti De Friesche Terp (B. Vrijburg),Almanak, Van der Els, dan Big Man. Sedangkan di Lembang ada Baroe Adjak. Photo di samping diambil dari situs Kitlv.nl, merupakan photo kantor peternakanDe Friesche Terp di Pangalengan sekitar tahun 1930, deskripsi nya adalah “ De Friesche Terp, melkveeboerderij te Pengalengan, opgericht door veearts B. Vrijburg“, hmm… ada yang tahu artinya , coba perhatikan benderanya, mirip dengan gambar yang terdapat pada kaleng susu bendera yang ada di pasaran sekarang ini. Jangan-jangan perusahan Fresland Flag yang ada di Belanda merupakan kelanjutan De Friesche Terp, boleh minta komentar kepada siapa saja yang tahu banyak tentang perusahaan ini.<br />
<br />
Setelah Jepang masuk, perusahaan itu dengan sendirinya tidak beroperasi lagi. Sejumlah ternak sapi kemudian dipelihara oleh warga. Sebagian perusahan peternakan itu di nasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1959 dengan keluarnya PP 12/1959 tentang Penentuan Perusahaan Peternakan Milik Belanda Yang Dikenal Dengan Nasionalisasi.<br />
<br />
Koperasi susu di Pangalengan adalah yang tertua di Jawa Barat. Tahun 1949 para peternak mendirikan koperasi bernama Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan (Gappsip). Namun pada tahun 1961, Gappsip bubar karena tidak mampu menghadapi labilnya perekonomian Indonesia. Pada tahun 1969, dengan inisiatif pemerintah dan masyarakat, terbentuklah sebuah koperasi yang sekarang dikenal dengan nama KPBS (kompas.com) .<br />
<br />
Para peternak menjadi anggota dari koperasi tersebut, menjual susu yang mereka produksi ke koperasi untuk kemudian dijual kembali oleh KPBS ke pabrik pengolahan susu (perusahan Susu yang saya ketahui salah satu nya adalah PT. Ultra Jaya). Uang hasil penjualan susu tersebut tidak diberikan langsung setiap hari kepada peternak, tetapai diakumulasi yang kemudaian diberikan setiap awal bulan (semacan gajian). Bila ada yang berkesampatan ke Pangalengan setiap pukul 6:00 atau 14:00 akan terlihat aktivitas penyetoran susu hasil perahan yang dipikul oleh peternak menggunakan tong penampung susu (sering kali disebut Bess) diangkut ke tempat-tempat penampungan susu di seluruh area kerja KPBS (Komda).<br />
<br />
Selain dijual, ada sebagian susu yang dijadikan makanan olahan, seperti Permen Susu, Kerupuk Susu, Tahu Susu dan Dodol susu, ”All about Milk”, daerah pemasarannya sudah memasuki kota besar seperti Bandung dan Jakarta. Jangan lupa! sekembali dari Pangalengan mapirlah di kios oleh-oleh pengganan susu ini yang bisa ditemukan di sepanjang jalan dari Pangalengan menuju Banjaran.<br />
<br />
Tulisan ini terinspirasi setelah membaca sebuah artikel Harian Pikiran Rakyat berjudul Siap-Siap Keju Pangalengan Datang, tentang sebuah ide untuk mengembangkan pembuatan keju dari susu sapi perah lokal Pangalengan. Ide tersebut baru sebuah wacana dengan tujuan untuk memperoleh nilai tambah bagi usaha produksi sapi perah. Terakhir saya ke Pangalengan, belum ada realisasi dari rencana tersebut. Mungkin baru diadakan persiapan matang, yang membutuhkan kerjasama yang solid antara Pemerintah daerah, KPBS, peternak dan Dinas Peternakan Jawa Barat. Mudah-mudahan dengan terealisasi nya usaha tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar, dan produknya sendiri dapat dijadikan komoditas unggulan Pangalengan. Why Not, Semua itu perlu dicoba.<br />
<br />
Pinggiran Jakarta Juni 2007<br />
<br />
Sumber :<br />
http://www.mustang89.com/literatur/79-produksi-ternak/207-pangalengan-aneka-olahan-dari-susu-sapi-perah<br />
11 Maret 2009Shafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-32551979260393371062010-01-24T07:11:00.000-08:002013-05-19T22:35:22.671-07:00Gempa Tak Hentikan Ekspor Kopi PangalenganGempa yang mengguncang Jawa Barat empat hari lalu tidak menghentikan rencana ekspor perdana kopi khas Pangalengan, bulan ini.<br />
<br />
"Rencananya pada bulan ini, kami akan mengekspor kopi Arabica ke Sydney, Australia," kata Direktur Morning Glory Coffe, salah satu eksportir kopi dari Pangalengan, Natanael Charis di sela-sela kunjungan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu meninjau lokasi gempa di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu, 6 September 2009.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Natanael menjelaskan, rencana ekspor tinggal menunggu perolehan izin Eksportir Terdaftar (ET) dari Departemen Perdagangan. "Besok Senin saya menghadap ke Depdag untuk izin ekspor selama satu minggu," katanya.<br />
<br />
Ekspor ke Australia, dia menambahkan, sebanyak satu kontainer berisi 30 ton kopi senilai Rp 900 juta. "Kalau sudah kontinyu rencananya akan ekspor satu kontainer setiap dua bulan sekali," kata dia.<br />
<br />
Selain dari Pangalengan, produk kopi yang akan diekspor, kata Natanael, berasal dari Garut.<br />
<br />
Meski rencana ekspor tidak terganggu oleh gempa, tapi dia mengkhawatirkan gagal panen untuk bulan September karena gempa. "Kemungkinan tidak akan panen karena petani sedang membereskan rumah-rumah mereka yang rusak," kata dia. Panen kopi per bulan diperkirakan mencapai 20 ton atau senilai Rp 600 juta.<br />
<br />
Untuk membantu penghidupan petani kopi di Kabupaten Bandung yang menjadi korban gempa, kata Natanael, Asosiasi Kopi Internasional akan memberikan bantuan dana berupa uang tunai dan barang. "Jumlahnya belum tahu, mereka sedang mengumpulkan dana dari seluruh dunia di pool Singapura," ujarnya.<br />
<br />
Di Pangalengan dan sekitarnya, terdapat sekitar 13 kelompok tani dimana setiap kelompok tani terdiri dari 50 hingga 100 orang petani kopi. hadi.suprapto@vivanews.com<br />
<br />
Sumber :<br />
Hadi Suprapto, Elly Setyo Rini<br />
http://bisnis.vivanews.com/news/read/88190-gempa_tak_hentikan_ekspor_kopi_pangalengan<br />
7 September 2009Shafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-25480069131247394422010-01-24T07:08:00.000-08:002013-05-19T22:35:46.247-07:00Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS)Sejak zaman penjajahan Belanda, Pangalengan dikenal sebagai daerah peternakan sapi perah yang dikelola oleh Belanda. Perusahaan tersebut adalah Friesche Terp, Almanak, Van Der Els, dan Bigman. Keempat perusahaan tersebut melakukan pemasaran bersama melalui Bandungsche Melk Center ( BMC ). Ketika berlangsung pendudukan Jepang di Indonesia, perusahaan-perusahaan tersebut hancur. Sapi-sapi yang masih hidup diselamatkan dan dipelihara oleh penduduk sekitarnya. Pada saat itulah peternakan sapi perah dijadikan masyarakat sebagai usaha keluarga. Pemeliharaan sapi ini kemudian digunakan sebagai pendukung usaha pertanian.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Pada bulan Nopember 1949, berdirilah wadah koperasi dengan nama Gabungan Petani, Peternak Sapi Indonesia Pangalengan ( GAPPSIP ) dengan maksud meningkatkan populasi ternak sapi perah dan meningkatkan pendapatan peternak sapi perah. Sejak tahun 1949 sampai dengan 1962 GAPPSIP memberikan sumbangan besar dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah di Pangalengan. Usaha sapi perah yang pada awalnya sebagai usaha sampingan akhirnya tumbuh dan berkembang dengan cepat. Situasi politik dan ekonomi Indonesia yang memburuk pada awal tahun 1960 berpengaruh negatif terhadap perkembangan GAPPSIP. Kondisi ini diperburuk dengan semakin menguatnya posisi para tengkulak dalam pemasaran susu. Pada tahun 1961 GAPPSIP tidak mampu lagi menghadapi keadaan ini sehingga pada tahun 1963 menghentikan segala aktivitrasnya dan selanjutnua tata niaga susu di Pangalengan diambil alih oleh para tengkulak.<br />
<br />
Para peternak adalah pihak yang paling banyak dirugikan dengan hancurnya GAPPSIP mereka terpaksa harus menjual susunya kepada para tengkulak dengan harga yang sangat rendah yaitu Rp. 9,- per liter. Sementara itu para tengkulak menjual susu dengan harga Rp. 60,- per liter kepada konsumen. Kondisi ini berlangsung sepanjang tahun 1963-1968.<br />
<br />
Menyadari buruknya keadaan tersebut, maka disepakati untuk mendirikan lagi wadah koperasi. Kesepakatan ini didorong oleh adanya kesadaran kepemilikan sapi perah dalam skala kecil, jauhnya ke tempat pemasaran dan sifat susu yang mudah rusak. Bersamaan dimulainya REPELITA I pada tanggal 1 April 1969 berdirilah KPBS Pangalengan dengan pembinaan dari Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung, bantuan Gubernur Jawa Barat, Dirjen Peternakan, dan UNICEF. Pada tanggal 8 Juli 1969 KPBS memperoleh Hak Badan Hukum No.4353/BH/IX-18, yang kemudian pada tanggal 31 Desember 1969 diperbaharui menjadi No. 4353 A/BH/DK-X/20. Tugas pokok yang diemban oleh KPBS pada mulanya adalah sebagai berikut :<br />
Memulihkan iklim perkoperasian dalam bidang peternakan di Bandung Selatan<br />
Ikut serta dalam usaha peningkatan pendapatan peternak sapi perah bersama pemerintah.<br />
Berperan aktif dalam melaksanakan program pemerintah yang digariskan dalam pola pengembangan lima tahun.<br />
<br />
Sejak berdirinya KPBS, masyarakat Pangalengan khususnya anggota KPBS telah melakukan uji coba pemanfaatan produk susu yang tidak terjual dengan memprosesnya menjadi beberapa produk ( karamel, dodol susu, kerupuk susu dan tahu susu ) yang sifatnya tidak komersil. Baru kemudian pada tahun 1986 beberapa industriawan rumah tangga yang juga anggota KPBS dibina dan mendapat bimbingan dari KPBS, Dinas Peternakan Kecamatan Pangalengan termasuk pembinaan dari Departemen Perindustrian Kabupaten Bandung untuk lebih meningkatkan mutu produk industri rumah tangga tersebut. Bantuan yang dimaksud berupa penyediaan bahan baku susu dan bahan tambahan sesuai dengan permintaan industri rumah tangga, Pembinaan manajemen usaha industri rumah tangga, membantu pemasaran produk industri rumah tangga, dan membantu promosi produk industri rumah tangga melalui pameran yang diadakan pada tingkat kabupaten, kotamadya sampai pada tingkat nasional.<br />
<br />
KPBS terus mengalami perkembangan seiring dengan jumlah peternak yang semakin banyak yaitu dengan berdirinya Milk Treatment ( MI ) Goha di wilayah timur. MT yang terletak di Goha ini berdiri pada tahun 1998 dimaksudkan untuk mengantisipasi kerusakan susu segar dari para peternak sapi di wilayah timur karena akibat perjalanan jauh mobil tangki yang ditempuh. Kerusakan bisa disebabkan jalan rusak dan berdebu sehingga menyebabkan terkontaminasinya susus segar oleh mikroorganisme dari tangki.<br />
<br />
Sumber :<br />
http://agro-ekonomi.blogspot.com/2008/03/pangalengan.html<br />
4 Maret 2008Shafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-26651719384887101302010-01-24T07:05:00.000-08:002013-05-19T22:36:21.748-07:00Wisata Pangalengan Butuh Rp 10 MiliarKawasan Pangalengan mulai dilirik lebih serius sebagai tujuan wisata di Bandung. Targetnya Pangalengan dapat menjadi kawasan wisata alternatif setelah Lembang.<br />
<br />
Untuk mengembangkan wisata Pangalengan ini dibutuhkan investasi hingga Rp 10 miliar. Salah satu investor yang berminat mengembangkannya adalah Bentala Jaya Mandiri Group.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
"Kami akan mengembangkan obyek wisata di Pangalengan. Di antaranya seperti di Gunung Puntang, Cibolang serta Hutan Lindung Rahong," kata Direktur Keuangan Bentala Jaya Mandiri Group Rida Farida, Rabu (30/7).<br />
<br />
Ia menambahkan, Gunung Puntang dan Rahong direncanakan sebagai pusat kegiatan outbond. Sedangkan di Cibolang akan dikembangkan obyek wisata pemandian air panas. Areal wisata di Pangelangan sendiri ada di bawah Perum Perhutani.<br />
<br />
Menurut Rida, pihaknya sudah mengantongi izin dari Perhutani untuk mengelola ketiga obyek wisata tersebut selama 25 tahun ke depan. Dengan izin tersebut, Rida bertekad menjadikan Pangalengan sebagai tujuan wisata utama di Bandung.<br />
<br />
"Pangalengan yang terletak di Bandung Selatan pamornya masih kalah dibandingkan Lembang atau Ciwidey. Masih terbatasnya infrastruktur menjadi kendala utama meski Pangalengan mempunyai obyek wisata alam yang tak kalah bagusnya," jelas Rida.<br />
<br />
Rida menuturkan, investasi sebesar Rp 10 miliar ini akan dipakai untuk membangun infrastruktur maupun melengkapi fasilitas di obyek wisata yang sudah ada, termasuk membangun hotel berbintang. (dar)<br />
<br />
<br />
Buka Diri<br />
BENTALA Jaya Mandiri Group membuka diri terhadap pihak ketiga yang berminat membangun pariwisata di Pangalengan.<br />
<br />
''Kami optimistis investasi yang dikeluarkan dapat menghasilkan keuntungan dalam jangka tiga hingga lima tahun ke depan,'' kata Direktur Keuangan Bentala Jaya Mandiri Group Rida Farida, Rabu (30/7).<br />
<br />
Optimisme ini berdasarkan pada jumlah kunjungan wisatawan ke Pangalengan yang mulai meningkat, yakni sekitar 10 ribu wisatawan setiap tahun.<br />
Jumlah ini tentu masih kalah dibanding wisatawan yang ke Lembang dan Ciwidey, karena Lembang dan Ciwidey memiliki fasilitas pariwisata yang lebih baik. Jika fasilitas pariwisata di Pangalengan terus ditingkatkan, bukan mustahil kunjungan wisatawan melebihi Lembang maupun Ciwidey. (dar)<br />
<br />
Sumber :<br />
Tribun Jabar, 31 Juli 2008, dalam :<br />
http://www.perumperhutani.com/index.php?Itemid=2&id=266&option=com_content&task=viewShafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-57012415279459910802010-01-24T07:03:00.000-08:002013-05-19T22:36:46.838-07:00Nikmatnya Kopi Arabika PangalenganSelama ini Kec. Pangalengan, Kab. Bandung, terkenal sebagai penghasil sayur-mayur dan susu sapi. Namun, jangan heran apabila dalam waktu tak lama lagi, Pangalengan juga menjadi sentra produksi kopi. Bahkan, kios-kios di jalan raya Pangalengan bisa jadi nanti dipenuhi dengan kios kopi siap minum dengan jenis kopi terbaik yakni arabika.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Keyakinan ini dicetuskan Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan (Distanhutbun) Kab. Bandung, Agus Hilman. "Luas tanaman kopi di Pangalengan terus bertambah, khususnya di areal hutan milik Perhutani yang dikelola berdasarkan konsep Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)," katanya, Sabtu (2/5).<br />
<br />
Menurut Kabag Humas Pemkab Bandung, Edi Sujadi Santana, Pangalengan dinilai cocok untuk pengembangan tanaman kopi, khususnya jenis arabika yang harganya lebih tinggi daripada kopi robusta. "Dari hasil kajian Unpad, Kec. Pangalengan merupakan daerah yang cocok untuk kopi. Pangalengan memiliki ketinggian antara 1.200-1.500 meter di atas permukaan laut dan curah hujan antara 1.000-2.000 mililiter per tahun," katanya.<br />
<br />
Sampai akhir tahun 2008, kata Edi, luas tanaman kopi di Kab. Bandung mencapai 4.404,5 hektare tersebar di 24 kecamatan. "Kec. Pangalengan memiliki tanaman kopi terluas, yakni 1.500 hektare. Dengan semakin luasnya areal kopi arabika, kini Pangalengan butuh pabrik pengolah kopi siap minum agar penghasilan petani meningkat," katanya.<br />
<br />
Bagi warga Pangalengan, Gito, menanam kopi lebih menguntungkan daripada sayur mayur. "Tiap hektare bisa ditanami 2.000 sampai 2.5000 pohon kopi. Bila setiap pohon menghasilkan dua kilogram kopi, setiap panen bisa menghasilkan sampai lima ton kopi gelondongan," ujarnya, Sabtu (2/5).<br />
<br />
Panen kopi di Pangalengan berlangsung antara Mei hingga Oktober. "Harganya pun selalu naik, tidak seperti sayur-mayur," kata pria yang kini menangani usaha pengolahan kopi di Kp. Dangdang, Desa Pulosari, Pangalengan.<br />
<br />
Bukan hanya petani yang menikmati hasil kopi, sejumlah warga seperti Gito pun sudah sejak dua tahun lalu membuka usaha penggilingan kopi dan dikirim ke Medan, Sumatra Utara, untuk diekspor. "Di Pangalengan sudah ada empat pabrik yang mengolah kopi gelondongan untuk dihilangkan kulitnya atau disebut kopi gabah. Setelah dijemur tiga hari, kopi gabah digiling lagi menjadi kopi beras yang siap dikirim ke pembeli," katanya.<br />
<br />
Ongkos giling kopi gelondongan menjadi kopi beras Rp 100,00/kg, sedangkan dari kopi gabah menjadi kopi beras Rp 500,00/kg. Saat ini harga jual kopi gelondongan Rp 3.000,00/kg, sedangkan harga kopi gabah Rp 9.000,00/ kg dan kopi beras Rp 18.000,00/kg. "Dari seratus kilogram kopi gelondongan setelah digiling menjadi tiga puluh kilogram kopi gabah dan akan susut lagi bila digiling menjadi kopi beras," katanya. Hanya, Pangalengan belum memiliki pabrik pengolah kopi beras menjadi kopi siap minum.<br />
<br />
"Kopi arabika merupakan kopi kualitas ekspor, sedangkan warga Indonesia lebih banyak minum kopi robusta. Kalau Pangalengan sudah ada pabrik kopi siap minum, akan tumbuh kedai-kedai wisata yang menawarkan kopi," katanya.<br />
<br />
Apabila hal itu terjadi, Pangalengan bisa mendapat sebutan baru lagi sebagai "kota kopi arabika". "Di tengah udara dingin Pangalengan, sungguh nikmat ’nyeruput’ kopi arabika," kata Gito tersenyum. (Sarnapi/"PR")***<br />
<br />
<br />
Sumber: <br />
Harian Pikiran Rakyat, Senin 04 Mei 2009, dalam :<br />
http://www.ahmadheryawan.com/lintas-kabupaten-kota/kabupaten-bandung/3515-nikmatnya-kopi-arabika-pangalengan.htmlShafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-89032076283248575932010-01-24T07:00:00.000-08:002013-05-19T22:37:31.667-07:00Dodol Susu, Cemilan Khas PangalenganSusu adalah salah satu sumber penghasilan terbesar warga Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Untuk itu, selain diminum, susu juga banyak dijadikan makanan cemilan, seperti dodol dan karamel.<br />
<br />
Bagi para pelancong yang datang atau kebetulan lewat di daerah Pangalengan, jangan melewatkan untuk membeli buah tangan dodol atau karamel susu. Selain rasanya yang manis dan legit, dodol dan karamel susu juga tahan lama. Namun, proses pembuatan dodol dan karamel susu tidaklah mudah. Setidaknya butuh waktu empat jam.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Bahan utamanya adalah susu yang ditambah gula aren serta tepung ketan. Setelah melalui proses mengolah dan memasak yang cukup lama, dodol dan karamel susu yang sudah matang dimasukan ke dalam cetakan. Dodol dan karamel susu kemudian didinginkan hingga mengeras. Setelah itu, barulah proses pengepakan dilakukan, tentunya setelah dipotong potong terlebih dulu. Potongan-potongan kecil dodol dan karamel susu yang berbentuk dadu dikemas seperti permen sebelum dimasukan ke bungkus dalam plastik.<br />
<br />
Menurut Ipah Datipah, pengusaha dodol dan karamel susu, keahlian membuat panganan ini diperoleh secara turun temurun. Dodol dan karamel susu telah diproduksi sejak 1970-an. Dalam sehari, produksi dodol serta karamel susu bisa mencapai 30 wajan dan sebagian besar dipasarkan ke berbagai daerah di Jabar. Penasaran dengan rasanya?<br />
<br />
Sumber :<br />
Wendy Surya dan Nurdin<br />
http://gayahidup.liputan6.com/berita/200911/252680/Dodol.Susu.Cemilan.Khas.Pangalengan<br />
28 November 2009Shafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-45041982247764402572010-01-24T06:57:00.001-08:002013-05-19T22:37:55.712-07:00Mereguk Kesegaran Alam di PangalenganMenyusuri kawasan wisata Pangalengan di Kabupaten Bandung, berarti pula menyusuri jajaran perkebunan teh. Para pedagang aneka produk olahan peternakan sapi, seperti permen susu caramel, dodol, krupuk, dan panganan serba susu lainnya yang berjejer di sepanjang jalan pusat kota kecamatan tersebut, tak akan luput pula dari pandangan kita. Tak ketinggalan hasil panen sayur mayur yang dijajakan, seperti wortel, kubis, dll., hingga sayuran yang sudah diolah, seperti kripik kentang, sayang untuk dilewatkan.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Menikmati semua itu, sungguh menyenangkan. Dan Pangalengan masih menyimpan sisi lain yang tak kalah bagusnya. Salah satunya adalah menjejaki jajaran pembangkit listrik tenaga air yang ada di sana, seperti PLTA Plengan dan Lamajan. Keduanya merupakan peninggalan Belanda yang sampai kini masih beroperasi. Jejak-jejak yang mengundang imajinasi masa lampau.<br />
<br />
PLTA Plengan terletak sekira 5 km dari kota kecamatan Pangalengan, dengan dikelilingi tebing-tebing bukit di sekitarnya, cukup adem dan memanjakan pandang. Tapi dari sinilah tenaga listrik sekira 6,75 MW dihasilkan. Sebuah bangunan tua menaungi lima mesin turbin yang mengolah tenaga air menjadi listrik.<br />
<br />
Tak jauh dari bangunan itu, dua pipa berdampingan menjulur dari ketinggian dengan bertopang pada kemiringan lereng. Dari pipa-pipa yang dicat hijau itu, meluncur air dengan derasnya. Di ujung bawah, aliran itu dipecah ke lima saluran pipa yang masing-masing menuju turbin.<br />
<br />
Melihat pipa-pipa sepanjang 206 meter itu dari bawah, benar-benar mengagumkan. Terutama membayangkan saat-saat membangunnya dulu. Diameter pipa hampir mencapai 1,2 meter. Sekadar diketahui, PLTA itu beroperasi sejak tahun 1922.<br />
<br />
Air yang dipergunakan PLTA Plengan berasal dari tiga sumber, yakni Sungai Cisangkuy, Cisarua, dan Situ Cileunca yang berjarak 3 km dari PLTA tersebut. Untuk menuju ke ujung pipa atas, susunan tangga yang berjumlah sampai ratusan, tersedia di sisinya. Untuk kebugaran, rasanya tak ada salahnya mencoba menaiki dan menuruni tangga itu.<br />
<br />
Panorama tak kalah mengagumkan tampak pula di sekitar kawasan PLTA Lamajan. Jaraknya bisa dibilang tak terlalu jauh dari PLTA Plengan. Toh keduanya berada pada blok yang sama di sekitar Gunung Tilu. Yang membuat atmosfir di sana lebih indah karena kecuraman pipanya, yang memiliki diameter 1,5 meter, sedangkan panjangnya mencapai 500 meter. Dari jalan raya Bandung-Pangalengan, dua pipa berwarna kuning ini terlihat jelas. Belum lagi anak tangganya yang berada di sisinya yang berjumlah ratusan lebih. PLTA Lamajan memiliki tiga turbin masing-masing menghasilkan listrik sebesar 6,525 MW beroperasi sejak 1925.<br />
<br />
Pipa-pipa dan lingkungan sekitarnya benar-benar terlihat menyegarkan pandangan, terutama jika dilihat dari kawasan stasiun lori di kawasan PLTA tersebut. Lori ini pun menjadi daya tarik sendiri. Menggunakan mesin berlabel Figee Haarlem Holland 1924, keretanya mampu menampung hingga 10 penumpang dan beban mencapai tonan. Untuk menggerakannya, lori ditarik secara naik turun dengan sling baja sepanjan g 280 meter. Lori ini tidak berjalan datar, melainkan melewati trek yang curam sampai kemiringan antara 70-80 derajat. Trek ini menghubungkan ke ruang turbin yang berada di ujung pipa itu. Karenanya, dibutuhkan nyali yang besar untuk menaikinya. Yang jelas, sensasinya sungguh memompa adrenalin.<br />
<br />
Kesenangan belum usai. Dari Lamajan, pandangan luas memungkinan kita secara leluasa menyisir panorama Kota Bandung dan sekitarnya dari arah selatan. Titik-titik bangunan, benar-benar tersusun padat. Saat malam hari, jika cuaca cerah, semua itu tak akan terlihat karena digantikan kerlap-kerlip lampu yang menawan. Satu yang terlihat gagah, Gunung Tangkuban Parahu sebagai latar kota itu.<br />
<br />
Untuk mengakses semua keindahan itu, memang harus ada izin, karena PLTA-PLTA itu berada di bawah naungan Unit Bisnis Pembangkit (UBP) Saguling PT Indonesia Power. Meski demikian, rasanya untuk menikmati sesuatu yang langka, itu bukanlah persoalan. Toh, efek kesegaran yang muncul tidak dapat diukur nilainya. Pasalnya, masa lalu memang kerap pantas untuk dikenang seperti halnya Plengan dan Lamajan dengan sisi lainnya dari sekadar pembangkit listrik tenaga air. (rangga tohjaya)***<br />
<br />
Sumber :<br />
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/022007/02/1002.htmShafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-955857827587909603.post-82316365916981361362010-01-24T06:49:00.000-08:002013-05-19T22:38:29.061-07:00Pangalengan Pesona Wisata Keluarga<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipXFc7fV9wYlInQo4g3NaeV_nK9PVHhmIzxOER5a30m5oLemMXXj8q_kUdCXsaYRzIW_75kSz97aMabfYNXPJ3Fxg_mxEdik1pClWX2VR5xRuqtIQoR3IZ6xsr_Vz5Lc0OsulHHzsUA-3c/s1600-h/117.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5430319562302415042" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipXFc7fV9wYlInQo4g3NaeV_nK9PVHhmIzxOER5a30m5oLemMXXj8q_kUdCXsaYRzIW_75kSz97aMabfYNXPJ3Fxg_mxEdik1pClWX2VR5xRuqtIQoR3IZ6xsr_Vz5Lc0OsulHHzsUA-3c/s200/117.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 150px; margin: 0 10px 10px 0; width: 200px;" /></a><br />
Pangalengan, yang berada di daerah Bandung Selatan memiliki banyak pesona wisata kebun dan wisata, diantaranya wisata perkebunan, danau, hutan dan petualangan rafting yang masih alami.<br />
<br />
Anda yang ingin berkunjung ke Pangalengan dapat menggunakan jalur ke arah Dayeuhkolot atau juga melalui jalur Kopo. Sebelum memasuki Pengalengan, Anda akan melewati PLTA Lamajan, di sekitaran Jalan Raya Banjaran – Pangalengan. Lamajan merupakan salah satu bagian dari tiga PLTA tua yang dibangun oleh Belanda.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Setelah melewati Lamajan kita akan melewati perkebunan teh Malabar, salah satu perkebunan teh tertua di Indonesia. Didekatnya terdapat Rumah Boscha, yang digunakan sebagai titik tempat Bosscha mengamati perkebunannya, dikarenakan Bosscha adaalah pemilik kebun Malabar ini, pada masanya. Saat ini, PTPN VIII adalah pengelola perkebunan teh ini.<br />
<br />
Perjalanan selanjutnya adalah Situ Cileunca. Di daerah Situ Cileunca terbilang sungai Palayangan yang biasanya digunakan sebagai tempat untuk berwisata rafting. Air sungai Palayangan berasal dari Situ Cileunca. Di sungai inilah para pecinta rafting akan memperoleh kenikmatan rafting dalam tingkat kesulitan kelas tiga.<br />
<br />
Pangalengan dikenal juga sebagai penghasil susu sapi yang segar. Di seputar Pengalengan Anda dapat dengan mudah mendapatkan tempat-tempat penjualan susu sapi yang segar dan juga dapat berkunjung di peternakan sapinya. Keberadaan Pangalengan merupakan salah satu tempat yang dapat dibanggakan dengan kealamian alam dan keramahan masyarakatnya.<br />
<br />
Objek Wisata Menarik di Pangalengan:<br />
<br />
1. Situ Cileunca<br />
Situ Cileunca berada di lingkungan perkebunan teh. Perahu disewakan untuk berkeliling menikmati seantero telaga. Harga Tiket Masuk Rp. 2.500/Orang dan untuk Kendaraan Jenis Bus Rp.7.000,- Sedan dan Mini Bus Rp.3.000,- dan Sepeda Motor Rp.1.000,-. Di Situ Cileunca ini juga menyediakan paket Outbond yaitu Rafting dengan biaya Rp.120.000,-/Orang, Paintball Rp.80.000 – Rp.100.000,-/Orang dan Flying Fox Rp.10.000,-/Orang<br />
<br />
2. Situ Cisanti<br />
Terhampar di kaki Gunung Wayang, selain udaranya cukup dingin, letak objek wisata juga dikelilingi hutan rimba yang usianya mungkin sudah ratusan tahun. Tarif masuknya Rp 5.000 (satu orang ditambah sepeda motor), Anda juga dapat memancing disini.<br />
<br />
3. Perkebunan Teh Malabar<br />
Terletak di kawasan perkebunan Pangalengan yang sarat dengan sejarah. Perkebunan Teh Malabar dibangun pada tahun 1890 merupakan sarana wisata keluarga yang paling tepat. Tersedia bungalow dan pemandian air panas alam untuk menyehatkan tubuh Anda.<br />
<br />
4. Taman Makam dan Monumen K.A.R Bosscha<br />
Tempat ini merupakan tempat bersejarah, tempat Bosscha pernah tinggal dan mengatur perkebunan ini. Makam Boscha yang dinaungi oleh pepohonan di sebuah hutan kecil. Tempat ini dahulu merupakan tempat ia beristirahat setelah lelah menginspeksi kebun-kebun teh.<br />
<br />
5. Situ Gede<br />
Sebuah danau/situ yang terdapat di kawasan perkebunan teh Malabar.<br />
<br />
6. Gunung Nini<br />
Walaupun hanya sebuah bukit, banyak dikunjungi para wisatawan untuk menikmati pemandangan yang menakjubkan dari pegunungan yang melingkungi Malabar, Situ Cileunca, dan matahari terbit di antara Gunung Wayang dan Windu.<br />
<br />
7. Pabrik Teh Malabar<br />
Pabrik Teh Tanara yang didirikan tahun 1905 dan kini dikenal sebagai Pabrik Teh Malabar terus memproduksi teh dataran tinggi yang berkualitas baik dan terkenal di dunia.<br />
<br />
Hotel :<br />
<br />
1. Wisma Malabar – Pangalengan<br />
Informasi dan Reservasi Humas & Agrowisata :<br />
PTP VIII Jl. Sindang Sirna No. 4, Bandung 40153<br />
Telp. 022- 2038966<br />
<br />
2. Hotel Citere<br />
Jl. Raya Pangalengan No.589 Pangalengan<br />
Telp. 022-5979423<br />
<br />
3.Hotel Dewi<br />
Jl. Raya Pangalengan, Pangalengan<br />
Telp. 022-5979636<br />
<br />
4. Hotel Damanaka<br />
<br />
5. Penginapan Karya Ayu<br />
<br />
Sumber :<br />
http://www.potlot-adventure.com/2009/11/11/pangalengan-pesona-wisata-keluarga/<br />
http://pangalengan.com/the-news/103-pangalengan-pesona-wisata-keluarga.htmlShafar Bloghttp://www.blogger.com/profile/17809880401775868640noreply@blogger.com1