Minggu, 24 Januari 2010

Mereguk Kesegaran Alam di Pangalengan

Menyusuri kawasan wisata Pangalengan di Kabupaten Bandung, berarti pula menyusuri jajaran perkebunan teh. Para pedagang aneka produk olahan peternakan sapi, seperti permen susu caramel, dodol, krupuk, dan panganan serba susu lainnya yang berjejer di sepanjang jalan pusat kota kecamatan tersebut, tak akan luput pula dari pandangan kita. Tak ketinggalan hasil panen sayur mayur yang dijajakan, seperti wortel, kubis, dll., hingga sayuran yang sudah diolah, seperti kripik kentang, sayang untuk dilewatkan.


Menikmati semua itu, sungguh menyenangkan. Dan Pangalengan masih menyimpan sisi lain yang tak kalah bagusnya. Salah satunya adalah menjejaki jajaran pembangkit listrik tenaga air yang ada di sana, seperti PLTA Plengan dan Lamajan. Keduanya merupakan peninggalan Belanda yang sampai kini masih beroperasi. Jejak-jejak yang mengundang imajinasi masa lampau.

PLTA Plengan terletak sekira 5 km dari kota kecamatan Pangalengan, dengan dikelilingi tebing-tebing bukit di sekitarnya, cukup adem dan memanjakan pandang. Tapi dari sinilah tenaga listrik sekira 6,75 MW dihasilkan. Sebuah bangunan tua menaungi lima mesin turbin yang mengolah tenaga air menjadi listrik.

Tak jauh dari bangunan itu, dua pipa berdampingan menjulur dari ketinggian dengan bertopang pada kemiringan lereng. Dari pipa-pipa yang dicat hijau itu, meluncur air dengan derasnya. Di ujung bawah, aliran itu dipecah ke lima saluran pipa yang masing-masing menuju turbin.

Melihat pipa-pipa sepanjang 206 meter itu dari bawah, benar-benar mengagumkan. Terutama membayangkan saat-saat membangunnya dulu. Diameter pipa hampir mencapai 1,2 meter. Sekadar diketahui, PLTA itu beroperasi sejak tahun 1922.

Air yang dipergunakan PLTA Plengan berasal dari tiga sumber, yakni Sungai Cisangkuy, Cisarua, dan Situ Cileunca yang berjarak 3 km dari PLTA tersebut. Untuk menuju ke ujung pipa atas, susunan tangga yang berjumlah sampai ratusan, tersedia di sisinya. Untuk kebugaran, rasanya tak ada salahnya mencoba menaiki dan menuruni tangga itu.

Panorama tak kalah mengagumkan tampak pula di sekitar kawasan PLTA Lamajan. Jaraknya bisa dibilang tak terlalu jauh dari PLTA Plengan. Toh keduanya berada pada blok yang sama di sekitar Gunung Tilu. Yang membuat atmosfir di sana lebih indah karena kecuraman pipanya, yang memiliki diameter 1,5 meter, sedangkan panjangnya mencapai 500 meter. Dari jalan raya Bandung-Pangalengan, dua pipa berwarna kuning ini terlihat jelas. Belum lagi anak tangganya yang berada di sisinya yang berjumlah ratusan lebih. PLTA Lamajan memiliki tiga turbin masing-masing menghasilkan listrik sebesar 6,525 MW beroperasi sejak 1925.

Pipa-pipa dan lingkungan sekitarnya benar-benar terlihat menyegarkan pandangan, terutama jika dilihat dari kawasan stasiun lori di kawasan PLTA tersebut. Lori ini pun menjadi daya tarik sendiri. Menggunakan mesin berlabel Figee Haarlem Holland 1924, keretanya mampu menampung hingga 10 penumpang dan beban mencapai tonan. Untuk menggerakannya, lori ditarik secara naik turun dengan sling baja sepanjan g 280 meter. Lori ini tidak berjalan datar, melainkan melewati trek yang curam sampai kemiringan antara 70-80 derajat. Trek ini menghubungkan ke ruang turbin yang berada di ujung pipa itu. Karenanya, dibutuhkan nyali yang besar untuk menaikinya. Yang jelas, sensasinya sungguh memompa adrenalin.

Kesenangan belum usai. Dari Lamajan, pandangan luas memungkinan kita secara leluasa menyisir panorama Kota Bandung dan sekitarnya dari arah selatan. Titik-titik bangunan, benar-benar tersusun padat. Saat malam hari, jika cuaca cerah, semua itu tak akan terlihat karena digantikan kerlap-kerlip lampu yang menawan. Satu yang terlihat gagah, Gunung Tangkuban Parahu sebagai latar kota itu.

Untuk mengakses semua keindahan itu, memang harus ada izin, karena PLTA-PLTA itu berada di bawah naungan Unit Bisnis Pembangkit (UBP) Saguling PT Indonesia Power. Meski demikian, rasanya untuk menikmati sesuatu yang langka, itu bukanlah persoalan. Toh, efek kesegaran yang muncul tidak dapat diukur nilainya. Pasalnya, masa lalu memang kerap pantas untuk dikenang seperti halnya Plengan dan Lamajan dengan sisi lainnya dari sekadar pembangkit listrik tenaga air. (rangga tohjaya)***

Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/022007/02/1002.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar