Minggu, 24 Januari 2010

Pangalengan yang Penuh Petualangan


Pangalengan 16 November 2008

Kabut masih saja menyelimuti desa, disaat mentari malu-malu untuk menampakan diri di minggu pagi. Segerembolan ibu-ibu pemetik teh dengan topi lebar yang khas mulai menapaki jalanan aspal menuju perkebunan teh. Udara pagi pedesaan begitu segar dan terasa dingin menusuk tulang. Hilir mudik penduduk desa, petani sayuran dan petani susu sudah menjadi pemandangan yang khas setiap pagi.


Pagi itu kami berjalan-jalan disepanjang perkebunan teh. Perkebunan teh malabar bak permadani yang terhampar luas dibumi pangalengan. Sebagai karya besar diantara karya-karya besar Bosscha. Di Pagi itu pulan nampak para pencari kayu bakar dari pohon teh sudah pulang dengan membawa seikat besar pohon-pohon teh diatas kepalanya. Menembus embun-embun pagi yang masih membasahi rumput setelah hujan semalaman mengguyur pangalengan.

Di aera perkebunan teh terdapat makam Bosscha, peristirahatan terakhir itu begitu rimbun diteduhi oleh pohon-pohon besar. Bosscha merupakan orang yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat pribumi pada masa penjajahan belanada dan juga merupakan seorang pemerhati ilmu pendidikan khususnya astronomi. Dipinggiran makam terlihat petugas sedang menyapu, Beliau yang diamanahi untuk menjaga kebersihan dan kerapihan makam boscha. Sejurus kemudian setelah meminta izin kami diperbolehkan untuk memasuki makam bosca yang berukuran bulat dengan tulisan-tulisan yang tidak saya mengerti.

Sekitar pukul 10.00 wib, Kami yang terdiri dari team Mandala Adventure, para peserta, Instuktur tiba di situ cileunca. Para peserta sedang brefing untuk membuat rakit dari bambu dan ban. dan dibuat beberapa tim. rencanya tim ini akan menyebrangi danau sampai ujung dan balik lagi ke tempat start. Sementara saya sepedahan mengelilingi situ cilenca melewati bendungan sebelah timur sebagai jalan menuju tepian danau.

Tepat kumandang adzan duhur para peserta selesai dan bersitirahat. Sebagian diantaranya melaksanakan shalat dzuhur. Kami pun bergantian melaksanakan ibadah shalat duhur. Setelah selai shalat duhur kami pun makan siang dengan menu istimewa. Setelah isitrahat sesaat para pwserta kemabli di brefing karena akan melaksanakan arung jeram aliran sungai situ cileunca.

Terdapat 7 buah perahu yang dilengkapi pemandu dimulai dilepas satu persatu untuk menjelajah sungai. Wajah-wajah kegembiraan bercampur ketegangan terlihat dari wajah-wajah peserta. Mereka begitu menikmati petualangan yang begitu memacu adrenalin.

** Kejadian menegangkan

Ketika memasuki turunan curam, aku pun siap menjpret setiap momen yang menegangkan, benar saja ketika ada seorang wanita yang jatuh dari perahu, badanku tiba-tiba terdiam dan kaget kamera yang saya pegang tidak sempat mengambil gambar-gambar menegangkan tersebut. Badanku seperti kaku, seakan terhipnotis oleh kejadian tersebut, diam sesaat. Seperti adegan mahar dalam film laskar pelangi yang telah siap dan yakin akan menjawab pertanyaan, akan tetapi ia kaget begitu terjepret oleh kamera dan cahaya dari blitz. Yang mengakibatkan pertanyaan dijawab oleh grup lain.

Kami tidak bisa mengikuti sepanjang aliran sungai karena medannya sangat sulit untuk dilalui dengan sepeda. Sesampai dijembatan lalu kami memotong arah melewati perkebunan teh dan menunggu para peserta dilintasan finish sebelum bendungan dimana setiap peserta arung jeram selalu berhenti disini.

Langit mulai mendung kembali, segera saja kami berkemas menaikan sepeda ke mobil. Benar saja setelah kami beres menyusun sepeda hujan mulai mengguyur lebat. Mengalir diantara selokan-selokan yang selanjutnya bermuara disungai. Setelah pamitan pada panitia dan para peserta kami pun pulang ditemani hujan yang mengguyur jalanan bebatuan tak beraspal sepanjang kebun teh.

*** Terimakasih Kepada Ust. Amri, Bpk Dandi, Kang Agus, Teh Dewi, Manadala Team, Hotel Citere, Mandala-Set Wapres ***

Sumber :
http://taryan.cybermq.com/post/detail/206/pangalengan-yang-penuh-petualangan
3 Februari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar